Konversi Pengetahuan
Dalam mempelajari
Knowledge management System tidak lepas dari proses konversi pengetahuanYaitu
Penciptaan pengetahuan organisasional yang terjadi melalui konversi yang
dikombinasikan dari setiap kedua dimensi tacit dan ekxplicit, untuk
mempromosikan pembelajaran kelompok dan penyebaran pengetahuan kepada seluruh
level organisasional.
Organisasi membentuk
pengetahuan melalui interaksi antara pengetahuan eksplisit dan tacit yang kita
sebut dengan ‘konversi pengetahuan’. Dengan proses ini, kedua tipe pengetahuan
menjadi berkembang baik dari sisi kualitas maupun kuantitas.
Konversi pengetahuan
berjalan melalui 4 cara, yaitu :
(1) Sosialisasi
(2)
Eksternalisasi
(3)
Kombinasi
(4)
Internalisasi

Sosialisasi(tacit
to tacit) adalah proses belajar dengan berbagi pengalaman yang menghasilkan
pengetahuan tacit sebagai keterampilan profesional bersama. misalnya dengan
bersama-sama tinggal dalam lingkungan yang sama seperti magang atau interaksi
sosial di luar jam kerja. Pengetahuan tasit bisa juga diperoleh dari konsumen
maupun suplaier dengan berinteraksi bersama. Proses ini bisa juga terjadi
melalui observasi pada perilaku orang lain. Misalnya saja coaching, mentoring
dan magang, yang menularkan pengetahuan melalui pengamatan, peniruan dan
praktik
Dalam dunia perpustakaan contoh
proses sosialisasi pengetahuan dapat diakukan dengan mengadakan pendidikan
pemakai dalam suatu ruangan, yang memungkinkan antara pustakawan dan pemustaka/calon
pemustaka dapat saling berinteraksi satu sama lain, berdiskusi, tanya jawab
tentang berbagai hal yang ada di perpustakaan.
Eksternalisasi
adalah proses mengungkapkan pengetahuan tacit menjadi pengetahuan eksplisit.
Setelah menjadi explicit, pengetahuan mengkristal dan menjadi dasar bagi
pengetahuan baru. Contoh proses ini adalah pembuatan produk baru, siklus
kontrol kualitas, percobaan klinis diterjemahkan ke rekomendasi untuk modul standar
praktik klinis.
Contoh
proses eksternalisasi yang dilakukan pustakawan adalah terbentuknya buku tata
tertib perpustakaan, flowchart atau
penggambaran secara grafik dari langkah-langkah dan urut-urutan prosedur dari
suatu program,
SOP, yang merupakan perwujudan
dari ide-ide pustakawan dalam mengatisipasi kenyamanan di perpustakaan dan mempermudah
penyelesaian masalah yang terjadi di perpustakaan
Kombinasi
merupakan proses mengubah pengetahuan eksplisit menjadi lebih komplek dan
sistematis. Pengetahuan eksplisit dari dalam dan luar organisasi dikumpulkan
dan dikombinasikan untuk membentuk pengetahuan baru yang kemudian disebarkan
kepada anggota organisasi. Hal ini bisa difasilitasi dengan jaringan komunikasi
terkomputerisasi dan basis data yang besar. Kombinasi ini bisa juga dilakukan
dengan konsep rincian, merinci visi perusahaan ke dalam konsep bisnis atau
konsep produk.
Contoh
lain, dalam suatu perpustakaan dengan perpustakaan lainnya tentu memiliki suatu
buku pedoman Kebijakan Pengembangan Koleksi (KPK) yang berbeda-beda, untuk
membentuk suatu pedoman kebijakan pengembangan koleksi yang sesui dengan tujuan
perpustakaan ,maka dalam membentuk pedoman KPK tersebut perlu referensi dari KPK
perpustakaan lain agar didapatkan suatu buku pedoman KPK yang ideal. Buku
pedoman KPK baru yang telah terbentuk kemudian menjadi acuan bagi seluruh
pustakawan dalam hal pengembangan koleksi. Dalam proses ini terlihat bagaimana
suatu pengetahuan explicit mendukung dalam terciptanya pengetahuan explicit
baru yang lebih kompleks.
Internalisasi
adalah proses mewujudkan pengetahuan eksplisit menjadi tacit. Melalui
internalisasi pengetahuan eskplisit yang terbentuk disebarkan ke seluruh
organisasi dan diubah menjadi pengetahuan tasit oleh tiap-tiap individu. Hal
ini mirip dengan ‘belajar dari pengalaman’ (learning by doing).
Pengetahuan eksplisit seperti konsep produk atau prosedur manufaktur harus
diwujudkan melalui tindakan dan latihan.
Suatu
perpustakaan pada umumnya memiliki suatu peraturan secara tertulis yang
ditujukan kepada pustakawan seperti ,tata tertib dan kode etik profesi
kepustakawanan .Dengan adanya peraturan tertulis ini menjadikan seorang
pustakawan dapat melayani dengan baik kepada
masyarakat. Ketika seorang pustakawan telah berpedoman terhadap buku
tata tertib dan kode etik pustakawan, kemudian kemudian pengetahuan eksplisit
tersebut letah tertanam dalam diri pustakawan, dan menerapkannya dalam melayani
pemustaka sehari-hari, maka secara langsung telah terjadi proses internalisasi
pengetahuan dari pengetahuan explicit ke pengetahuan tacit.
Pengetahuan
yang sudah ter-internalisasi dan menjadi pengetahuan tasit tiap-tiap individu
merupakan aset yang berharga. Pengetahuan tacit yang terkumpul dalam tiap-tiap
individu kemudian dapat membentuk lingkaran baru pembentukan pengetahuan ketika
disebarkan melalui sosialisasi.
Proses
konversi membentuk daur pengetahuan yang tak pernah terputus, menjadikan suatu
pengetahuan berkembang dengan pesat dan tak akan pernah punah. Karena setiap
individu memiliki tacit yang berbeda-beda, menghasilkan ecplicit yang
bervariasi sehingga menghasilkan rekonstruksi pengetahuan dari masa ke masa
yang semakin berkembang.