Saturday, September 29, 2012

Konversi Pengetahuan dalam Knowledge Management System


 Konversi  Pengetahuan
Dalam mempelajari Knowledge management System tidak lepas dari proses konversi pengetahuanYaitu Penciptaan pengetahuan organisasional yang terjadi melalui konversi yang dikombinasikan dari setiap kedua dimensi tacit dan ekxplicit, untuk mempromosikan pembelajaran kelompok dan penyebaran pengetahuan kepada seluruh level organisasional.
Organisasi membentuk pengetahuan melalui interaksi antara pengetahuan eksplisit dan tacit yang kita sebut dengan ‘konversi pengetahuan’. Dengan proses ini, kedua tipe pengetahuan menjadi berkembang baik dari sisi kualitas maupun kuantitas.
Konversi pengetahuan berjalan melalui 4 cara, yaitu :
(1) Sosialisasi
(2) Eksternalisasi
(3) Kombinasi
(4) Internalisasi
SECI

Sosialisasi(tacit to tacit) adalah proses belajar dengan berbagi pengalaman yang menghasilkan pengetahuan tacit sebagai keterampilan profesional bersama. misalnya dengan bersama-sama tinggal dalam lingkungan yang sama seperti magang atau interaksi sosial di luar jam kerja. Pengetahuan tasit bisa juga diperoleh dari konsumen maupun suplaier dengan berinteraksi bersama. Proses ini bisa juga terjadi melalui observasi pada perilaku orang lain. Misalnya saja coaching, mentoring dan magang, yang menularkan pengetahuan melalui pengamatan, peniruan dan praktik
Dalam dunia perpustakaan contoh proses sosialisasi pengetahuan dapat diakukan dengan mengadakan pendidikan pemakai dalam suatu ruangan, yang memungkinkan antara pustakawan dan pemustaka/calon pemustaka dapat saling berinteraksi satu sama lain, berdiskusi, tanya jawab tentang berbagai hal yang ada di perpustakaan.
Eksternalisasi adalah proses mengungkapkan pengetahuan tacit menjadi pengetahuan eksplisit. Setelah menjadi explicit, pengetahuan mengkristal dan menjadi dasar bagi pengetahuan baru. Contoh proses ini adalah pembuatan produk baru, siklus kontrol kualitas, percobaan klinis diterjemahkan ke rekomendasi untuk modul standar praktik klinis.
            Contoh proses eksternalisasi yang dilakukan pustakawan adalah terbentuknya buku tata tertib perpustakaan, flowchart atau penggambaran secara grafik dari langkah-langkah dan urut-urutan prosedur dari suatu program, SOP,  yang merupakan perwujudan dari ide-ide pustakawan dalam mengatisipasi kenyamanan di perpustakaan dan mempermudah penyelesaian masalah yang terjadi di perpustakaan
Kombinasi merupakan proses mengubah pengetahuan eksplisit menjadi lebih komplek dan sistematis. Pengetahuan eksplisit dari dalam dan luar organisasi dikumpulkan dan dikombinasikan untuk membentuk pengetahuan baru yang kemudian disebarkan kepada anggota organisasi. Hal ini bisa difasilitasi dengan jaringan komunikasi terkomputerisasi dan basis data yang besar. Kombinasi ini bisa juga dilakukan dengan konsep rincian, merinci visi perusahaan ke dalam konsep bisnis atau konsep produk.
            Contoh lain, dalam suatu perpustakaan dengan perpustakaan lainnya tentu memiliki suatu buku pedoman Kebijakan Pengembangan Koleksi (KPK) yang berbeda-beda, untuk membentuk suatu pedoman kebijakan pengembangan koleksi yang sesui dengan tujuan perpustakaan ,maka dalam membentuk pedoman KPK tersebut perlu referensi dari KPK perpustakaan lain agar didapatkan suatu buku pedoman KPK yang ideal. Buku pedoman KPK baru yang telah terbentuk kemudian menjadi acuan bagi seluruh pustakawan dalam hal pengembangan koleksi. Dalam proses ini terlihat bagaimana suatu pengetahuan explicit mendukung dalam terciptanya pengetahuan explicit baru yang lebih kompleks.
Internalisasi adalah proses mewujudkan pengetahuan eksplisit menjadi tacit. Melalui internalisasi pengetahuan eskplisit yang terbentuk disebarkan ke seluruh organisasi dan diubah menjadi pengetahuan tasit oleh tiap-tiap individu. Hal ini mirip dengan ‘belajar dari pengalaman’ (learning by doing). Pengetahuan eksplisit seperti konsep produk atau prosedur manufaktur harus diwujudkan melalui tindakan dan latihan.
            Suatu perpustakaan pada umumnya memiliki suatu peraturan secara tertulis yang ditujukan kepada pustakawan seperti ,tata tertib dan kode etik profesi kepustakawanan .Dengan adanya peraturan tertulis ini menjadikan seorang pustakawan dapat melayani dengan baik kepada  masyarakat. Ketika seorang pustakawan telah berpedoman terhadap buku tata tertib dan kode etik pustakawan, kemudian kemudian pengetahuan eksplisit tersebut letah tertanam dalam diri pustakawan, dan menerapkannya dalam melayani pemustaka sehari-hari, maka secara langsung telah terjadi proses internalisasi pengetahuan dari pengetahuan explicit ke pengetahuan tacit.
Pengetahuan yang sudah ter-internalisasi dan menjadi pengetahuan tasit tiap-tiap individu merupakan aset yang berharga. Pengetahuan tacit yang terkumpul dalam tiap-tiap individu kemudian dapat membentuk lingkaran baru pembentukan pengetahuan ketika disebarkan melalui sosialisasi.
Proses konversi membentuk daur pengetahuan yang tak pernah terputus, menjadikan suatu pengetahuan berkembang dengan pesat dan tak akan pernah punah. Karena setiap individu memiliki tacit yang berbeda-beda, menghasilkan ecplicit yang bervariasi sehingga menghasilkan rekonstruksi pengetahuan dari masa ke masa yang semakin berkembang.